telah saya jelaskan bagaimana sebagian umat Yahudi atau Bani Israel mewarisi paganisme dari Mesir. Selain paganisme, Mesir kuno juga terkenal dengan ilmu sihirnya. Oleh karena itulah salah satu mukjizat Nabi Musa alaihissalam adalah bisa mengalahkan sihir Mesir Kuno.
Lepas dari Mesir Kuno, Musa alaihissalam mengarahkan umatnya menuju tanah yang dijanjikan yaitu palestina kuno. Namun, ternyata tanah yang dijanjikan tersebut sudah diduduki oleh umat lain dan umat Bani Israel takut masuk ke negeri baru itu dan enggan berperang untuk memperebutkannya. Kekafiran dan pembangkangan tersebut diceritakan dalam Al Qur’an surat Al Maidah: 21-26:
“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.
Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya."
Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".
Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja."
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu"
Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."
Demikianlah, umat yang membangkang kepada Nabinya tersebut dikutuk tidak langsung bisa membentuk negara di tanah yang telah dijanjikan (palestina kuno) namun justru dijadikan berputar-putar kebingungan di Padang Tiih.
Selanjutnya Al Qur’an tidak memberi rincian bagaimana nasib Bani Israel setelah ini. Rincian selanjutnya disebutkan mengenai peperangan untuk memperebutkan tanah yang dijanjikan. Kisah ini terdapat dalam surat Al Baqoroh: 246-251 :
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka (tambahan penulis: dalam bible Nabi ini disebut dengan nama Samuel): "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang lalim.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut (tambahan penulis : bible menyebut Thalut ini sebagai Saul) menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut (tambahan penulis – Bible menyebutkan namanya Goliath) dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".
Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam."
Demikianlah akhirnya Bani Israel memasuki dan menguasai tanah yang dijanjikan. Daud alaihissalam-lah yang menjadi rajanya. Kekuasaan kerajaan Bani Israel ini mencapai puncaknya pada pemerintahan Nabi Sulaiman alaihissalam.
Pada masa antara Musa alaihissalam sampai nabi Sulaiman alaihissalam inilah Bani Israel membuktikan lagi kekafirannya. Mereka menolak berperang bersama Musa memperebutkan tanah yang dijanjikan. Begitu pula pada saat pemerintahan Thalut. Sebagian dari mereka mundur ke belakang (Walaupun teks menyebutkan bahwa ternyata ada juga sebagian umat Bani Israil yang taat)
Karena pembangkangannya itu mereka dibuat bingung di dunia (kobeng kata orang Banyumas). Ke-kobeng-an mereka itu tidak hanya dalam arti fisik yaitu berputar-putar di padang Tiih. Namun juga kobeng secara spiritual. Pada saat itu banyak di antara banyak berkembang kemungkaran di antara mereka. Al Qur’an menyebutkan salah satu kemungkaran mereka yaitu membunuh nabi-nabi dan orang sholeh.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. (Ali Imran: 21)
Jika membunuh nabi saja mereka berani apalagi maksiat yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar