Sabtu, 24 September 2011

Kelahiran Kabbalah – Puncak Kesesatan Bani Israil

Setelah Nabi Sulaiman alaihissalam wafat, kerajaan yang ditinggalkannya pecah menjadi dua, kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda. Selesailah sudah masa kejayaan Bani Israil. Perpecahan ini diikuti juga dengan pertentangan-pertentangan di dalam internal masing-masing kerajaan. Maksiat pun merajalela kembali. Syirik menjadi mainan harian mereka.

Al Qur’an mencatat salah satu dewa atau berhala mereka pada saat itu bernama Ba’al (123-127):

Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul.

(Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu tidak bertakwa?

Patutkah kamu menyembah Ba'al dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta,

(yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?"

Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka),


Menurut sejarah biblical, Ilyas atau Elijah hidup di Kerajaan Israel (yaitu kerajaan pecahan kerajaan Sulaiman)

Kondisi perpecahan, kekafiran dan maksiat ini melemahkan kedua kerajaan Bani Israil tersebut sehingga mereka pun diserang oleh kerajaan-kerajaan Adidaya pada masa itu, Mesir Kuno dan Babilonia dari Mesopotamia. Penguasaan terakhir yang paling telak mengalahkan Kerajaan Bani Israil adalah penyerangan Nebukadnezar dari Babilonia ke Kerajaan Yehuda. Yerusalem dikuasai, Taurat dicabik-cabik, Bani Israil ditawan sebagai budak.

Dengan penguasaan itulah berakhir total masa kerajaan-kerajaan Bani Israil dan mulailah masa diaspora. Bani Israil menjadi bangsa yang tidak memiliki wilayah sama sekali. Mereka hanya menjadi penumpang gelap di semua peradaban.

Seperti halnya kondisi mereka sebelum era Musa di Mesir Kuno, dimana mereka hanya menjadi budak yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, begitu pula kondisi ketika mereka diaspora ke Babilonia. Mereka menjadi warga kelas bawah yang tidak mampu menentukan peradaban, namun justru didikte oleh peradaban dominan saat itu.

Seperti halnya kondisi mereka di Mesir Kuno dimana mereka menyerap ide-ide penyembahan berhala Mesir Kuno, di Babilonia saat itu pun mereka menyerap konsep paganisme.

Salah satu perbedaan antara masa perbudakan di Mesir Kuno dan diaspora di Babilonia adalah bahwa di Mesir Kuno mereka belum mengenal sistem rabbi atau ruhban (dlm bahasa Al Qur’an) atau rahib (dlm bahasa Indonesia), sedangkan di Babilonia mereka sudah mengenal golongan tersebut.

Namun ternyata sistem tersebut tidak bisa membuktikan dirinya sebagai pewaris Nabi. Al Qur’an melaknat perilaku sistemik dalam Bani Israil menyangkut rabbi tersebut dalam ayat-ayat:

- Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (At Taubah: 30-31)

- Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Al Maidah: 78-79)

Para rabbi itu pula-lah yang merekayasa kitab suci Bani Israel. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Taurat yang asli telah dicabik-cabik oleh Nebukadnezar, maka para rabbi pun berinisiatif untuk “menyelamatkan” taurat dengan membuat taurat versi mereka. Selain itu mereka membuat pula kitab lain yang mereka katakan berasal dari tuhan. Maka semakin besarlah laknat Alloh atas mereka:

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (Al Baqoroh: 79)
Talmud ini dibuat bukan berdasarkan ajaran Musa yang disampaikan lewat sanad-sanad yang terpercaya. Secara eksplisit Talmud adalah buatan dari Rabbi-rabbi mereka atas dasar bisikan dari roh-roh (spirit). Betul-betul suatu metode yang sesat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Selain mengarang-ngarang kitab suci, puncak kesesatan mereka selanjutnya adalah lahirnya sistem KABBALAH. Kabbalah inilah inti dari esoterisme atau spiritualisme Yahudi.

Kabbalah ini tidak lain adalah gabungan dari paganisme dan sihir Mesir Kuno (yang telah diwariskan secara turun temurun dan rahasia di kalangan tertentu Bani Israil) serta paganisme dan sihir Babilonia (yang baru mereka pelajari pada masa diaspora tersebut) ditambah lagi dengan sihir kreativitas mereka sendiri. Kabbalah ini semula tidak ditulis, melainkan hanya diturunkan secara lisan dan rahasia dari satu rabbi kepada satu muridnya pada satu waktu (tidak boleh diajarkan secara massal). Dari sinilah arti kata kabbalah berasal yaitu dari kata qibil (menerima). Baru setelah penjajahan Romawi di Palestina berakhir (setelah masuk periode Masehi), Kabbalah ini ditulis dalam gulungan papyrus.

Untuk meningkatkan legitimasi kabbalah, secara zalim mereka juga menisbatkan sihir Kabbalah ini pada Nabi Sulaiman alaihissalam. Alhamdulillah, Alloh telah membela Nabi-Nya tersebut dan sekaligus melaknat orang-orang yang mengikuti sihir kabbalah dan meninggalkan ajaran tauhid dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh: 100-102:

Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebahagian besar dari mereka tidak beriman.

Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung) nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah).

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

Dari ayat diatas jelas bahwa salah satu sumber kesesatan dan sihir Bani Israil adalah karena mengikuti malaikat yang menguji di negeri Babilonia. Padahal sebenarnya malaikat tersebut hanya menguji. Namun ternyata Bani Israil menelan mentah-mentah sihirnya.

Dengan demikian, lahirlah puncak kesesatan Bani Israil di Babilonia, yaitu KABBALAH.

Kekafiran Bani Israel Periode Musa Hingga Sulaiman

telah saya jelaskan bagaimana sebagian umat Yahudi atau Bani Israel mewarisi paganisme dari Mesir. Selain paganisme, Mesir kuno juga terkenal dengan ilmu sihirnya. Oleh karena itulah salah satu mukjizat Nabi Musa alaihissalam adalah bisa mengalahkan sihir Mesir Kuno.

Lepas dari Mesir Kuno, Musa alaihissalam mengarahkan umatnya menuju tanah yang dijanjikan yaitu palestina kuno. Namun, ternyata tanah yang dijanjikan tersebut sudah diduduki oleh umat lain dan umat Bani Israel takut masuk ke negeri baru itu dan enggan berperang untuk memperebutkannya. Kekafiran dan pembangkangan tersebut diceritakan dalam Al Qur’an surat Al Maidah: 21-26:

“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya."


Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".


Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja."


Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu"


Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."

Demikianlah, umat yang membangkang kepada Nabinya tersebut dikutuk tidak langsung bisa membentuk negara di tanah yang telah dijanjikan (palestina kuno) namun justru dijadikan berputar-putar kebingungan di Padang Tiih.

Selanjutnya Al Qur’an tidak memberi rincian bagaimana nasib Bani Israel setelah ini. Rincian selanjutnya disebutkan mengenai peperangan untuk memperebutkan tanah yang dijanjikan. Kisah ini terdapat dalam surat Al Baqoroh: 246-251 :

“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka (tambahan penulis: dalam bible Nabi ini disebut dengan nama Samuel): "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang lalim.


Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut (tambahan penulis : bible menyebut Thalut ini sebagai Saul) menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.


Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.


Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut (tambahan penulis – Bible menyebutkan namanya Goliath) dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."


Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".


Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam."

Demikianlah akhirnya Bani Israel memasuki dan menguasai tanah yang dijanjikan. Daud alaihissalam-lah yang menjadi rajanya. Kekuasaan kerajaan Bani Israel ini mencapai puncaknya pada pemerintahan Nabi Sulaiman alaihissalam.

Pada masa antara Musa alaihissalam sampai nabi Sulaiman alaihissalam inilah Bani Israel membuktikan lagi kekafirannya. Mereka menolak berperang bersama Musa memperebutkan tanah yang dijanjikan. Begitu pula pada saat pemerintahan Thalut. Sebagian dari mereka mundur ke belakang (Walaupun teks menyebutkan bahwa ternyata ada juga sebagian umat Bani Israil yang taat)

Karena pembangkangannya itu mereka dibuat bingung di dunia (kobeng kata orang Banyumas). Ke-kobeng-an mereka itu tidak hanya dalam arti fisik yaitu berputar-putar di padang Tiih. Namun juga kobeng secara spiritual. Pada saat itu banyak di antara banyak berkembang kemungkaran di antara mereka. Al Qur’an menyebutkan salah satu kemungkaran mereka yaitu membunuh nabi-nabi dan orang sholeh.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. (Ali Imran: 21)

Jika membunuh nabi saja mereka berani apalagi maksiat yang lain.

Yahudi Mewarisi Tradisi Pagan Mesir ???

Dalam Al Qur’an, Yahudi yang ada pada periode Rasulullah (dan tentunya sampai sekarang) dianggap telah menyimpang. Banyak sekali ayat yang menceritakan penyimpangan Yahudi, mulai dari kedengkian terhadap umat Rasulullah, kikir, menolak kebenaran, mengubah-ubah kalamullah, berlebih-lebihan dalam beragama, mempertuhankan rahib mereka hingga yang paling parah tentunya menyekutukan Alloh.

Penyimpangan ini berkaitan erat dengan sejarah Yahudi atau dalam Al Quran diistilahkan Bani Israil.

Kaum itu disebut Bani Israil karena merupakan keturunan dari Nabi Ya’qub Alaihissalam a.k.a. Israil. Kisah Nabi Ya’qub dan anak-anaknya (generasi pertama Bani Israil) bisa dibaca pada surah Yusuf. Di situ diceritakan first encounter Bani Israil dengan suatu peradaban besar (namun musyrik) di zamannya yaitu peradaban Mesir. Sejak generasi pertama Bani Israil itulah, Bani Israil diceritakan tinggal di Mesir.

Detil kisah selanjutnya mengenai Bani Israil di Mesir diceritakan dalam konteks kisah Nabi Musa Alaihissalam di banyak surat di Al Qur’an. Pada masa Nabi Musa diceritakan bahwa Bani Israil dalam kondisi tertindas. Jika pada masa Nabi Yusuf diceritakan Bani Israil (generasi pertama) adalah warga negara kelas tinggi, maka pada masa Nabi Musa diceritakan anak keturunan Israil sebagai bangsa kelas bawah di Mesir.

Masa yang panjang antara Nabi Yusuf sampai Nabi Musa memungkinkan Bani Israil untuk berinteraksi dengan peradaban Mesir yang pagan. Mereka bukanlah tokoh utama penentu peradaban di Mesir. Dan jika suatu kaum tidak bisa menentukan peradaban maka kemungkinan besar mereka akan dipengaruhi peradaban. Karena peradaban Mesir diwarnai paganisme, maka bani Israil waktu itu pun banyak terpengaruhi paganisme. Kecuali beberapa bani Israil yang dirahmati Alloh dari kalangan orang sholih, nabi, rasul-Nya dan pengikut mereka.

Daftar sedikit di antara dewa-dewa Mesir Kuno
Musa inilah yang sering disebut sebagai nabinya Yahudi. Dari Mesir ini, Musa menyelamatkan kaumnya dari perbudakan di Mesir dengan menyeberangi laut tengah. Just after berhasil diselamatkan ini ternyata Bani Israil atau orang-orang Yahudi awal ini sudah menunjukkan bakatnya untuk menentang. Tidak dijelaskan apakah penentangan itu berlaku secara massal (keseluruhan Bani Israil menentang) atau hanya sebagian penentangan saja. Al Qur'an hanya menyebutkan penentang itu sebagai Bani Israil. Saya sebutkan beberapa ayat:

Pertama, dalam surah Al A’raaf ayat 138 disebutkan:

Dan Kami seberangkan Bani Israel ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israel berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".

Ternyata paganisme masih ada dalam diri Bani Israil yang bahkan Musa sendiri sampai menyayangkan kondisi umatnya itu.

Kedua, dalam surat Al Baqoroh ayat 55 disebutkan:

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.
Ternyata, menurut Bani Israil, yang disebut tuhan itu harus bisa dicerap oleh panca indera mereka atau berwujud materi tertentu yang bisa dilihat.

Ketiga, dalam surat Thahaa disebutkan mengenai oknum bernama Samiri:

Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau rida (kepadaku)". (84)


Allah berfirman: "Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. (85)


Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?" (86)


Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya" (87)


kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa". (88)


Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan? (89)

Dari kisah itu jelas terlihat berpalingnya (sebagian) umat nabi Musa, just after mereka diberi nikmat oleh Alloh berupa pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir. Bahkan mereka membuat patung sapi sebagai sesembahan mereka.

Keberadaan sapi sebagai sesembahan ini mengingatkan kita pada dua dewa bangsa Mesir yang bernama Hathor (lihat di list dewa-dewa di atas) dan Apis (tidak ada di list dewa di atas). Manakah dewa yang menjadi patron Samiri ketika menciptakan patung anak lembu saya tidak tahu. Hathor adalah dewi lembu sedangkan Apis adalah dewa sapi jantan. Yang diciptakan Samiri adalah anak lembu.

Tapi walaupun tidak diketahui dengan pasti dewa mana yang menjadi patron Samiri, satu yang jelas adalah bahwa mereka ternyata masih membawa paganisme Mesir bersama mereka. Samiri pun dengan berani berkata bahwa Musa telah melupakan tuhannya yang berupa sapi. Samiri mengatakan Musa lupa karena Musa pun dulunya juga orang Mesir yang mengenal hathor atau apis sebagai salah satu dewa Mesir (walaupun Musa – atas rahmat Alloh – tidak menyembah hathor maupun apis).

Keempat, dalam kisah Bani Israil just after pembebasan mereka dari Mesir di Al Baqoroh ayat 61 disebutkan:

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.

Dalam ayat tersebut dengan jelas tertulis kata-kata مِصْرًا , yang secara harfiah berarti Mesir. Walaupun dalam terjemahan resmi bahasa Indonesia disebut “suatu kota”.

Dari ayat tersebut Musa ternyata mengetahui bahwa sebagian para pengikutnya tersebut ternyata masih terikat dengan Mesir. Karena itu ketika Bani Israil dengan kerakusannya meminta tambahan menu diet, Musa langsung menyindir mereka agar kembali saja ke Mesir Kuno yang memang di sana lebih makmur secara ekonomi (walaupun terkutuk secara spiritual).

Dari contoh ayat-ayat tersebut saja sudah terlihat jelas betapa keterkaitan Bani Israil dengan peradaban Mesir. Dengan bakat kekafirannya sebagian dari umat Musa sudah menentang Musa just after dibebaskan dari Mesir dan mulai lagi mengembangkan paganisme Mesir di kalangan mereka sendiri.

Israel Gunakan “Efek Hollywood” Dalam Menipu Dunia

Israel Gunakan “Efek Hollywood” Dalam Menipu Dunia

Akhir bulan Mei lalu, dunia menyaksikan Israel mementaskan adegan dari serangan terhadap Freedom Flotilla menggunakan aktor dan efek khusus Hollywood, yang disebut “negatif ganda”. Para aktor berdiri di antara pekerja kemanusiaan damai, mengacungkan senjata.
Adalah hal yang alami bahwa Israel menghancurkan semua kredibilitas yang pernah dimilikinya. Bocornya sebuah kebohongan itu adalah satu hal, tapi kebohongan yang ini disampaikan khusus dengan stempel “Pemerintah Negara Israel”.

Ini murni bunuh diri. Hanya orang bodoh yang mau diperdaya – politisi di ketiak Komite Urusan Publik Amerika Israel (AIPAC) dan Fox News – yang benar-benar mempercayainya.

Apa yang diperlihatkan oleh Israel sebagai “pertahanan diri” sekarang merupakan sebuah aksi terorisme. Yang perlu diketahui adalah mengapa pemalsuan bukti aksi teroris menjadi sebuah industri di Israel, rezim yang menangani keamanan, termasuk video keamanan, di sebagian besar bandara dunia, termasuk di AS? Amerika telah menyewa jasa Israel – sebuah negara yang telah diketahui akan memberikan mereka Video Palsu, scan kontainer yang sudah diganti, atau pembacaan radiasi yang sudah direkayasa – untuk mengawasi pelabuhan, fasilitas nuklir, bandara dan banyak lagi lainnya.

Tidak diragukan lagi bahwa Amerika dibanjiri oleh intelijen dari Israel setelah 11 September. Agenda “mereka”, sejarah panjang dari dendam, telah dilunasi dengan ribuan nyawa warga Amerika, dan mereka yang masih tersesat.

Satu pertanyaan yang muncul: kenapa mengembangkan sebuah industri untuk memalsukan bukti-bukti terorisme? Pikiran pertama yang muncul tentu saja bahwa Israel memiliki industri milyaran dolar dalam menjual peralatan dan jasa keamanan, yang dikelola oleh personel Mossad yang kini dibolehkan bekerja di sektor swasta dan masih aktif melayani pemerintahnya. Tapi apakah negara itu telah melangkah lebih jauh? Jika kita bisa dan akan, seperti yang telah ditunjukkan oleh Israel, menambah orang di dalam rekaman video, maka kita juga bisa menghapusnya. Ketika kita melihat video “teroris Arab” memasang bom atau menembakkan senjata di Mumbai, apalagi yang tidak kita lihat? Apakah pelakunya sudah ditukar? Apakah sejumlah orang dihapus dari rekaman? Kenapa?

Sampai sekarang, kita telah melihat bukti bahwa Israel membuat paspor palsu dari negara dan agen mana pun yang mereka pilih. Kita juga telah melihat video-video yang diganti untuk menutupi pembunuhan warga sipil tak bersalah.

Dari sini bisa kita tebak bahwa ketika kita melihat sebuah video dari seorang remaja yang melemparkan batu kemudian tertembak, bisa jadi itu malah seorang anak kecil yang sedang membawa buku. Ini tepatnya yang dilakukan dengan video-video dari Freedom Flotilla dan tidak ada orang waras yang bisa membayangkan bahwa Israel memiliki teknologi secanggih itu tanpa pernah menggunakannya. (suaramedia)

Simbol Mason di Bank Indonesia

Kali ini yang akan saya ceritakan adalah simbolisme yang ada di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia (koperbi). Suatu wilayah yang tidak terbuka untuk umum sehingga pastinya banyak yang belum tahu (bahkan yang setiap hari berkantor di situ pun belum tentu sadar).
Simbolisme yang ada di BI pertama dan yang paling kasat mata terlihat dari luar koperbi adalah menara kembar. Menara yang di sebelah utara adalah Menara Syafruddin Prawiranegara. Di menara tersebut berkantor satuan kerja yang membidang moneter. Menara di sebelah selatan adalah Menara Radius Prawiro. Di menara tersebut berkantor satker yang membidangi perbankan.
Dalam dunia simbolisme 11 adalah salah satu angka okultisme. Menara kembar WTC berbentuk angka 11. Begitu pula dengan menara kembar BI.
Menara kembar sering juga digambarkan sebagai pilar kembar yang juga menjadi lambang dari Mason. Pilar kembar tersebut sering diasosiasikan dengan pilar kembar Haikal Sulaiman.

Selain diasosiasikan dengan haikal sulaiman, pilar kembar sering juga diasosiasikan dengan pillar kembar yg mengapit altar persembahan orang-orang Masonic.

Dari gambar di atas terlihat bahwa altar persembahan Mason berlantai kotak-kotak hitam putih.
Ternyata ketika diamati plaza air mancur yang berada di antara kedua Menara BI tersebut juga memiliki sedikit motif kotak-kotak. Kenapa disebut sedikit karena yang bermotif kotak-kotak hanya di pinggir plaza, dan itupun disamarkan dengan motif bintang bersudut 12 yang mengelilingi air mancur.

Ngomong-ngomong tentang air mancur, air mancur ternyata juga menjadi salah satu simbol kepercayaan pagan Mesir Kuno (dimana Mason banyak mengambil kepercayaannya dari Mesir Kuno).
Dalam legenda penciptaan dunia, orang Mesir Kuno percaya bahwa yang ada pertama kali adalah air yang bergolak yang diberi nama Nu. Air mancur tersebut menjadi simbol dari Nu.
Jika kita bandingkan lagi Menara koperbi dengan WTC, di plaza luar WTC juga terdapat air mancur. Air mancur tersebut dikelilingi oleh 9 pohon.
Di plaza air mancur BI, air mancur yang ada dikelilingi oleh 12 pilar yang menjadi ujung dari 12 sudut bintang.
Kebiasaan membuat bintang dan pilar ini juga kebiasaan Masonic. Apalagi pilar yang di atasnya ada bola seperti di foto di atas.

Capture video dari Natgeo Freemasons on Trial
Capture video di atas menggambarkan sisi dalam markas para freemason scottish rite. Perhatikan motif bintang bersudut 12 yang memiliki kesamaan dengan plaza air mancur BI.

Angka 12 ini memang termasuk angka yang disukai para Mason. Angka 12 melambangkan kesempurnaan (sedangkan angka 13 melambangkan sesuatu yang paling sempurna).

Angka 12 itu juga ditemukan di monumen Illuminati (mason) di Paris, yaitu Arc de Triomphe.
Arc de Triomphe menjadi pusat dari 12 jalan di sekelilingnya.
Bunga mawar yang sering digambarkan para Mason di keystone juga berkelopak 12.