Setelah Nabi Sulaiman alaihissalam wafat, kerajaan yang ditinggalkannya pecah menjadi dua, kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda. Selesailah sudah masa kejayaan Bani Israil. Perpecahan ini diikuti juga dengan pertentangan-pertentangan di dalam internal masing-masing kerajaan. Maksiat pun merajalela kembali. Syirik menjadi mainan harian mereka.
Al Qur’an mencatat salah satu dewa atau berhala mereka pada saat itu bernama Ba’al (123-127):
Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul.
(Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu tidak bertakwa?
Patutkah kamu menyembah Ba'al dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta,
(yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?"
Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka),
Menurut sejarah biblical, Ilyas atau Elijah hidup di Kerajaan Israel (yaitu kerajaan pecahan kerajaan Sulaiman)
Kondisi perpecahan, kekafiran dan maksiat ini melemahkan kedua kerajaan Bani Israil tersebut sehingga mereka pun diserang oleh kerajaan-kerajaan Adidaya pada masa itu, Mesir Kuno dan Babilonia dari Mesopotamia. Penguasaan terakhir yang paling telak mengalahkan Kerajaan Bani Israil adalah penyerangan Nebukadnezar dari Babilonia ke Kerajaan Yehuda. Yerusalem dikuasai, Taurat dicabik-cabik, Bani Israil ditawan sebagai budak.
Dengan penguasaan itulah berakhir total masa kerajaan-kerajaan Bani Israil dan mulailah masa diaspora. Bani Israil menjadi bangsa yang tidak memiliki wilayah sama sekali. Mereka hanya menjadi penumpang gelap di semua peradaban.
Seperti halnya kondisi mereka sebelum era Musa di Mesir Kuno, dimana mereka hanya menjadi budak yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, begitu pula kondisi ketika mereka diaspora ke Babilonia. Mereka menjadi warga kelas bawah yang tidak mampu menentukan peradaban, namun justru didikte oleh peradaban dominan saat itu.
Seperti halnya kondisi mereka di Mesir Kuno dimana mereka menyerap ide-ide penyembahan berhala Mesir Kuno, di Babilonia saat itu pun mereka menyerap konsep paganisme.
Salah satu perbedaan antara masa perbudakan di Mesir Kuno dan diaspora di Babilonia adalah bahwa di Mesir Kuno mereka belum mengenal sistem rabbi atau ruhban (dlm bahasa Al Qur’an) atau rahib (dlm bahasa Indonesia), sedangkan di Babilonia mereka sudah mengenal golongan tersebut.
Namun ternyata sistem tersebut tidak bisa membuktikan dirinya sebagai pewaris Nabi. Al Qur’an melaknat perilaku sistemik dalam Bani Israil menyangkut rabbi tersebut dalam ayat-ayat:
- Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (At Taubah: 30-31)
- Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Al Maidah: 78-79)
Para rabbi itu pula-lah yang merekayasa kitab suci Bani Israel. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Taurat yang asli telah dicabik-cabik oleh Nebukadnezar, maka para rabbi pun berinisiatif untuk “menyelamatkan” taurat dengan membuat taurat versi mereka. Selain itu mereka membuat pula kitab lain yang mereka katakan berasal dari tuhan. Maka semakin besarlah laknat Alloh atas mereka:
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (Al Baqoroh: 79)
Talmud ini dibuat bukan berdasarkan ajaran Musa yang disampaikan lewat sanad-sanad yang terpercaya. Secara eksplisit Talmud adalah buatan dari Rabbi-rabbi mereka atas dasar bisikan dari roh-roh (spirit). Betul-betul suatu metode yang sesat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Selain mengarang-ngarang kitab suci, puncak kesesatan mereka selanjutnya adalah lahirnya sistem KABBALAH. Kabbalah inilah inti dari esoterisme atau spiritualisme Yahudi.
Kabbalah ini tidak lain adalah gabungan dari paganisme dan sihir Mesir Kuno (yang telah diwariskan secara turun temurun dan rahasia di kalangan tertentu Bani Israil) serta paganisme dan sihir Babilonia (yang baru mereka pelajari pada masa diaspora tersebut) ditambah lagi dengan sihir kreativitas mereka sendiri. Kabbalah ini semula tidak ditulis, melainkan hanya diturunkan secara lisan dan rahasia dari satu rabbi kepada satu muridnya pada satu waktu (tidak boleh diajarkan secara massal). Dari sinilah arti kata kabbalah berasal yaitu dari kata qibil (menerima). Baru setelah penjajahan Romawi di Palestina berakhir (setelah masuk periode Masehi), Kabbalah ini ditulis dalam gulungan papyrus.
Untuk meningkatkan legitimasi kabbalah, secara zalim mereka juga menisbatkan sihir Kabbalah ini pada Nabi Sulaiman alaihissalam. Alhamdulillah, Alloh telah membela Nabi-Nya tersebut dan sekaligus melaknat orang-orang yang mengikuti sihir kabbalah dan meninggalkan ajaran tauhid dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh: 100-102:
Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebahagian besar dari mereka tidak beriman.
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung) nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah).
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
Dari ayat diatas jelas bahwa salah satu sumber kesesatan dan sihir Bani Israil adalah karena mengikuti malaikat yang menguji di negeri Babilonia. Padahal sebenarnya malaikat tersebut hanya menguji. Namun ternyata Bani Israil menelan mentah-mentah sihirnya.
Dengan demikian, lahirlah puncak kesesatan Bani Israil di Babilonia, yaitu KABBALAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar